#telltail
Anak di foto ini namanya Neng Suri. Betina kurang dari setahun
umurnya pada saat ini. Adikku nomor 5, alias anak ke 6. Namanya
menunjukkan di mana dia ditemukan, yaitu, Taman Surapati di Menteng,
Jakarta Pusat.
Lebaran 2014, hari pertama, budakku si Nina
meninggalkan kami berlima di rumah sendirian. Sementara dia jalan-jalan
putar-putar senang-senang di Jakarta yang katanya mumpung lagi sepi.
Menurut Nina, sesampainya ia di Taman Surapati itu, ada dilihatnya
sesosok anak kucing kecil tak berdaya. Meringkuk dekat sebuah bangku
taman. Tak tahan iman, Nina pun merengkuh anak kecil itu. Sambil duduk
di bangku taman, Nina memangkunya. Si kecil itu pun tidur dengan nyaman
di pangku Nina. Diselnya menderu dengan senang.
Setelah beberapa
saat, anak itu bangun dan melompat turun. Tergesa-gera ia menuju
semak-semak, lalu pipis di sana. Setelah itu, ia pun berjalan menjauh dengan
gontai.
Hmmm..., jangan-jangan dia acting saja tuh. Jalan
gontainya berhasil meluruhkan hati Nina jadi berkeping-keping. Membuat
budakku ini langsung mengejarnya. Merengkuhnya lagi ke pelukan.
Df yang selalu dibawa-bawanya dan menyebabkan tasnya selalu bau amis itu
dikeluarkannya. Air untuk minum dituang ke wadah darurat. Tapi,
sepertinya anak itu tak hendak makan atau minum. Mungkin ia tak- atau
belum terbiasa biasa dengan df, atau mungkin juga masih belum bisa makan
sendiri. Umurnya diperkirakan masih sekitar satu bulan, jadi mungkin
memang belum bisa makan df ya. Entah...
Nama Neng Suri pun
ditasbihkan segera. Artinya, Nina akan membawanya pulang. Didekpnya anak
itu di dada kirinya, dengan harapan suara detak jantung bisa membuatnya
tenang. Tangan kiri memegang bagian badan, tangan kanan menutupi
kepala. Supaya si kecil tak panik bila melihat atau mendengar suara
mobil di jalan.
Mengharap ada taksi, Nina menuju jalan
Diponegoro. Menunggu di halte tapi setelah sekitar 10-15 menit menanti,
tiada juga ada taksi nan liwat. Maka, Nina pun memutuskan naik kereta
saja. Peraturannya, binatang tidak boleh naik kereta, tapi, Nina
merencanaka suatu siasat. Suri akan dibungkusnya dengan handuk yang
nanti dibeli di swalayan kecil di stasiun Cikini.
Perjalanan ke
stasiun di tempuh Nina melalui Jl. Teuku Uar dan Jl. Prof. Moch. Yamin.
Menyusuri sungai. Alasannya melalui jalan-jalan itu adalah karena
dianggap jalan di sana lebih sepi kendaraan daripada di Jl. Diponegoro.
Bising kendaraan dikhawatirkan akan membuat panik Suri kecil.
Sesampainya di stasiun, segera dibelinya handuk. Dibungkusnya Suri
dengan handuk kecil itu. Apa lacur, satpam di stasiun melihat proses
pembungkusan itu, sehingga Nina pun ditolak masuk. Hahaha...
Neng Suri pun pulang ke rumah barunya dengan taksi burung biru. Untung tak ditolak sama supirnya...
Sesungguhnya, Nina khawatir bahwa Suri tidak akan bertahan. Dia begitu
kecil! Belum cukup umur untuk dipisahkan dari induknya, dan mungkin karenanya kesehatannya jadi lemah. Dua-tiga hari
di rumah, Suri dibawa ke vet. Perlahan, eh, tidak; dengan cepat Suri
tumbuh besar. Leganya Nina ketika akhirnya tiba waktunya buat Suri
divaksin. Sekarang ini dia sudah vaksin dua kali, dan sudah steril juga.
Pun sudah pernah ikut kemping Ke Sukabumi.
Dan, sudah menjadi
kucing yang cukup judes. Lihat saja tuh, tangan Nina yang bocel-bocel
itu. Sebagian memang hasil sabetan kukuku, tapi, ketahuilah bawa
sebagian sisanya adalah kreasinya Neng Suri. Tuh, lihat fotonya judes
bener kan tampangnya... =^_^=
No comments:
Post a Comment