Thursday, April 14, 2016

Namanya Bela



Pada suatu Sabtu, N hadir di sebuah pertemuan antarkawan-lama yang terjadi di rumah salah seorang di Bogor. Setibanya, begitu masuk ke rumah yang punya rumah, N menemukan sesosok kucing muda. Umurnya mungkin seputaran 4-5 bulan. Lagi bobo. Nggak peduli, pikir N yang langsung mengangkatnya.

Dicium-ciumnya kepala dan perut si anak kucing, menjadikannya kesel dan sebel. Maka, ia mendesis, dan melompat turun dari gendongan N. Kabur ke kamar mandi.

"Ah iya, gue kan pengen," kata N pada dirinya sendiri.

Masuklah ia ke kamar mandi tempat si anak kucing tadi kabur bersembunyi. Sambil menyapanya anak yang ngumpet di antara tembok dan toilet itu, yang tentunya menyemburkan desis sebagai reaksi.

"Ya maaf, aku kan emang maunya ke sini. Gara-gara lihat kamu tadi perhatian aku jadi teralihkan," balas N atas desisan tadi.

N keluar dari kamar mandi, anak itu juga keluar. Masih sombong tapi hanya sebentar koq...

"Namanya Bela," kata tante J si empunya rumah kemudian.

Bela itu nama yang manis, N suka tuh. Merupakan nama yang banyak diberikan kepada anak perempuan—menurut N sembarangan—meski N pernah punya teman laki-laki bernama Bela—tapi kalau tak salah tulisannya Bella, dengan hurus l ganda. Namun, kalau tak salah lagi, Bella dengan l ganda itu malahan nama perempuan. Asal dari bahasa Latin yang artinya cantik. Sedangkan Bela dengan l tunggal merupakan nama yang umum buat laki-laki di berbagai belahan bumi sebelah barat. Kalau untuk nama hewan peliharaan, ya terserah yang empunya ya bagaimana menuliskannya. N pernah loh mengenal seseorang yang mempunyai kucing bernama Belaatau, sebenarnya N yang pernah punya kucing bernama Bela tapi dia lupa.

Omong-omong, Bela si kucingnya tante J ini perempuan alias betina. Pecicilan sangat. Meski urusan pecicilan tak ada sangkut pautnya dengan namanya. Atau, dengan jenis kelaminnya...

Tante J sempat bercerita bagaimana mereka akhirnya menjadi orangtua Bela sejak dua bulan sebelumnya. Konon, pada suatu malam. terdengar suara tangisan anak kucing di depan rumah mereka. Datang dari arah bawah mobil yang diparkir di depan rumah. Hari berganti ke terang, tangisan itu masih terdengar tapi berpindah lokasi. Masih di bawah mobil sih, bedanya kali ini bawah mobil tetangga depan rumah. Letaknya dengan rumah tante J berbatas jalan, jalur hijau, jalan lagi.

Atas instruksi tante J, bayi menangis itu diambil. Segera diketahui bahwa dari paha belakang sampai pantatnya dipenuhi belatung. Dibawa ke dokter hewan, ditemukan kenyataan bahwa area belatungnya menjalar sampai ke perut!

"Semoga tidak terus masuh sampai ke perut bagian dalam nih," demikian kira-kira begitu kata dokternya.

Gara-gara belatungan itulah maka anak itu dinamakan Bela.

Tadi sudah kukatakan ya bahwa sombongnya Bela hanya berlangsung sebentar. Kesebalannya terhadap N sampai kabur mendesis-desis ke kamar mandi kelihatannya terlupakan segera. Seharian itu ya bolak-balik deh ia kena ditangkap N. Sabar saja tuh wajah dan perutnya dicium-cium N entah berapa kali. Kadang jadi sebel, tapi nggak kabur. Paling teriak aja ke wajah N. Kena pula digoda dengan dryfood (df) yang selalu tersedia dalam ransel N. Sampai-sampai memasukan kepalanya ke dalam kantong df loh! Ransel N tak urung dicium-ciumnya juga, selain karena ada bau df, dia kelihatannya curiga dengan bebauan kucing lain. Oi, itu bau aku tuh!

Melihat Bela sekarang yang sehat begitu, tak terbayangkan bahwa tadinya dia itu sarang belatung. Sebentar lagi akan disteril. Dia itu tak bisa diam kalau ada barang bergerak. Pasti dikejar dan ditangkap. Badannya tak gemuk, tapi berisi banget. Kayak otot semua gitu sih. Tidak lembut munyus-munyus, tapi tetap enak dipeluk-peluk. Perutnya yang dulu pernah dipenuhi belatung adalah yang palin enak diciumi. Demikian laporan Nina.   =^.^=

Menjerit keras sebab dipeluk kencang, tapi Bela pantang kabur...


Menunggui N bobo, dengan penuh dendam kah?