Pada suatu Sabtu, N hadir di sebuah pertemuan antarkawan-lama yang terjadi di rumah salah seorang di Bogor. Setibanya, begitu masuk ke rumah yang punya rumah, N menemukan sesosok kucing muda. Umurnya mungkin
seputaran 4-5 bulan.
Lagi bobo. Nggak peduli, pikir N yang langsung mengangkatnya.
Dicium-ciumnya kepala dan perut si
anak kucing, menjadikannya kesel dan sebel. Maka, ia mendesis, dan melompat turun dari gendongan N. Kabur ke kamar mandi.
"Ah iya, gue kan pengen," kata N pada dirinya sendiri.
Masuklah ia ke kamar mandi tempat si anak kucing tadi kabur bersembunyi. Sambil menyapanya anak yang ngumpet di antara tembok dan toilet itu, yang tentunya menyemburkan desis sebagai reaksi.
"Ya maaf, aku kan emang maunya ke sini.
Gara-gara lihat kamu tadi perhatian aku jadi teralihkan," balas N atas desisan
tadi.
N keluar dari kamar mandi, anak itu juga
keluar. Masih sombong tapi hanya sebentar koq...
"Namanya Bela," kata tante J si empunya rumah kemudian.
Bela itu nama yang manis, N suka tuh. Merupakan nama yang banyak
diberikan kepada anak perempuan—menurut N sembarangan—meski N pernah punya teman laki-laki bernama Bela—tapi kalau tak salah tulisannya
Bella, dengan hurus l ganda. Namun, kalau tak salah lagi, Bella dengan l ganda itu malahan nama perempuan.
Asal dari bahasa Latin yang artinya cantik. Sedangkan Bela dengan l tunggal
merupakan nama yang umum buat laki-laki di berbagai belahan bumi sebelah barat.
Kalau untuk nama hewan peliharaan, ya terserah yang empunya ya bagaimana menuliskannya. N pernah loh mengenal
seseorang yang mempunyai kucing bernama Bela—atau, sebenarnya N yang pernah
punya kucing bernama Bela tapi dia lupa.
Omong-omong, Bela si kucingnya tante J ini perempuan alias betina.
Pecicilan sangat. Meski
urusan pecicilan tak ada sangkut pautnya dengan namanya. Atau, dengan jenis kelaminnya...
Tante J sempat bercerita
bagaimana mereka akhirnya menjadi orangtua Bela sejak dua bulan sebelumnya. Konon, pada suatu malam. terdengar suara tangisan anak kucing di depan rumah mereka. Datang dari arah bawah mobil yang diparkir di depan rumah. Hari berganti ke terang,
tangisan itu masih terdengar tapi berpindah lokasi.
Masih di bawah mobil sih, bedanya kali ini bawah mobil tetangga depan rumah. Letaknya dengan rumah tante J berbatas jalan, jalur hijau,
jalan lagi.
Atas instruksi tante J, bayi menangis itu
diambil. Segera diketahui bahwa dari paha belakang sampai pantatnya dipenuhi
belatung. Dibawa ke dokter hewan, ditemukan kenyataan bahwa area belatungnya menjalar sampai ke perut!
"Semoga tidak terus masuh sampai ke perut
bagian dalam nih," demikian
kira-kira begitu kata dokternya.
Gara-gara belatungan itulah maka anak itu dinamakan Bela.
Tadi sudah kukatakan ya bahwa sombongnya Bela
hanya berlangsung sebentar. Kesebalannya terhadap N sampai kabur mendesis-desis ke kamar mandi kelihatannya terlupakan segera. Seharian
itu ya bolak-balik deh ia kena
ditangkap N. Sabar saja tuh wajah dan
perutnya dicium-cium N entah berapa kali. Kadang jadi sebel, tapi nggak kabur.
Paling teriak aja ke wajah N. Kena pula digoda dengan dryfood (df) yang selalu tersedia dalam ransel N. Sampai-sampai memasukan kepalanya ke dalam kantong df loh!
Ransel N tak urung dicium-ciumnya juga, selain karena ada bau df, dia kelihatannya curiga dengan bebauan kucing lain.
Oi, itu bau aku tuh!
Melihat Bela sekarang yang sehat begitu, tak
terbayangkan bahwa tadinya dia itu sarang belatung. Sebentar lagi akan
disteril. Dia itu tak bisa diam kalau ada barang bergerak. Pasti dikejar dan ditangkap. Badannya tak gemuk, tapi berisi banget. Kayak otot semua gitu sih. Tidak lembut munyus-munyus, tapi
tetap enak dipeluk-peluk. Perutnya yang dulu pernah dipenuhi belatung adalah yang
palin enak diciumi. Demikian laporan Nina. =^.^=
Menjerit keras sebab dipeluk kencang, tapi Bela pantang kabur... |
Menunggui N bobo, dengan penuh dendam kah? |