Friday, November 6, 2015

Puisi Prancis


Satu lagi dongeng dari jaman N kuliah pada 1980an nih.... Dia kan kuliah di fakultas sastra, jurusan arkeologi alias purbakala. Di fakultas itu juga ada yang namanya jurusan sastra Prancis. Satu kali, jurusan ini mengadakan lomba baca puisi dalam bahasa Prancis untuk peserta baik dari jurusan Prancis maupun jurusan non-Prancis.

Masa-masa duduk di SMA, N lumayan sering ikut lomba baca puisi lho. Nggak pernah juara sih, paling banter lanjut ke semi final doank. Setelah kuliah semangatnya di bidang ini sudah sangat memudar, oleh karena itu semula tak ada minantnya untuk ikutan. Tapi, atas dorongan dari teman-teman di jurusan itu, N pun memutuskan ikut serta. Juara kedua yang diincar, sebab hadiahnya adalah buku-buku. Padahal buku-buku bahasa Prancis lho, nggak pun mengerti bahasanya. Asal buku deh pokoknya... 

Pergi mendaftar dan dapat salinan daftar puisi yang dilombakan. Hari itu juga N latihan, dibimbing almarhum Mas Aji, temannya yang mahasiswa Prancis sekaligus sastrawan muda terkemuka masa itu (kalau Mas Aji masih ada, pasti dia sebal disebut sastrawan terkemuka). Mungkin ada juga beberapa temen anak Prancis lainnya yang ikutan membimbing N, dia sudah lupa siapa aja. N terutama memerlukan bimbingan dalam cara membaca. Bahasa Prancis itu kan kebanyakannya antara tulisan dan pembacaannya berbeda. Itu yang paling susah buat orang awam macam N. Kalau tak salah, Mas Aji juga yang membantu memilihkan puisi untuk dibaca, dan menjelaskan makna dari puisi terpilih itu. 

Judul puisi pilihannya adalah Pour Toi, Mon Amour; buah karya penyair Prancis Jacques Prévert (4 February 1900 – 11 April 1977). Sebuah puisi cinta heee... Salinan puisinya ada di bawah setelah tulisan ini ya... 

Ternyata, N hanya latihan hari itu saja lho. Dasar pemalas dan penunda, tak terasa hari-hari berlalu, dan hari H perlombaan yang jatuh beberapa minggu setelah dirinya mendaftar, tahu-tahu sudah muncul di depan mata. Merasa nggak siap, N nyaris membatalkan keikutsertaannya kalau saja teman-temannya tak protes. Ya sudahlah, pikir N, ikut saja buat seru-seruan. Lupakan bisa jadi juara dua dan mendapat buku-buku hadiahnya, bujuk N ke dirinya sendiri. Nikmatin aja deh... 

Ya, lupakan hadiah juara kedua! Sebab ternyata N menjadi juara pertama. Hadiahnya: kursus satu tingkat di pusat kebudayaan Prancis. 

Aduh... 

Merasa kewalahan sebab dua kali seminggu ada kursus bahasa Inggris, maka ketika pendaftaran untuk kursus bahasa Prancis dibuka, sementara N tidak mendaftar dahulu. Pada yang berikutnya rencananya sih mau nunda lagi, tapi, datanglah peringatan bahwa pembukaan pendaftaran kali ini adalah kesempatan terakhirnya. Setelah itu, hadiah hangus.

Kursus bahasa Inggris jatuh pada Senin dan Rabu, entah kenapa kelas Prancis dapatnya Senin dan Kamis. Tidak ada kelas yang harinya tidak menumpuk dengan hari kursus Inggris seperti kemauan N. Apa boleh buat, tiap Hari Senin pontang-panting lah Nina dari Jl. Pramuka tempat kursus Inggris ke pusat kebudayaan Prancis di Salemba. Sebab, waktunya cukup mepet. Kursus Inggris selesai jam 3 siang, sementara Prancis mulai pada pukul 3.30 sore. Moda angkutan yang dipakai adalah bemo si roda tiga yang jalannya anjut-anjutan lambat begitu. Akibatnya, nyaris tiap Senin N tiba di kelas Prancis saat guru sudah berada di dalam. 

Berhubung sibuk les Inggris, beraktifitas olahraga di kampus, naik gunung, dan kongkow-kongkow dengan teman-teman; nyaris tak ada waktu untuk mengulang pelajaran bahasa Prancis di rumah. Pada akhirnya lulus juga sih, naik ke kelas dua dengan peringkat passable. Passable adalah bahasa Prancis yang artinya pas-pas-an... 

N tak pernah melanjutkan kursus bahasa Prancis-nya. Tak pernah juga mengambil tanda kelulusan yang pas-pas-an itu. Tak pun tertinggal pelajaran di kepalanya sehingga tak ada kemampuan sama sekali untuk memahami bahasa Prancis. Sepertinya tak suka, tapi semua pengalaman ini tersimpan di dalam kotak kenangan yang selalu menghangatkan hati. Termasuk kenangan tentang pohon asam di kantin pusat kebudayaan Prancis di Salemba waktu itu. Pohon asam yang buahnya tidak terasa asam tapi rada-rada manis asyik, begitu. Karenanya, N suka mengisap-isap buahnya bagaikan mengisap permen di mulut di kelas saat pelajaran bahasa Prancis berlangsung.   =^.^=


Catatan:
Pusat kebudayaan Prancis yang dimaksud adalah yang dulu bernama Centre Culturel Francais atau CCF. Nama CCF belakangan dirubah menjadi IFI (Institut Francais d`Indonesie). Semula beralamat di Jl. Salemba Raya No. 25, Jakarta Pusat; dan sekarang bergabung dengan kedutaan Prancis di Jl. M. H. Thamrin no 20, Jakarta Pusat. 


Pour Toi, Mon Amour 
by Jacques Prévert

Je suis allé au marché aux oiseaux
Et j'ai acheté des oiseaux
Pour toi
mon amour
Je suis allé au marché aux fleurs
Et j'ai acheté des fleurs
Pour toi
mon amour
Je suis allé au marché à la ferraille
Et j'ai acheté des chaînes
De lourdes chaînes
Pour toi
mon amour
Et puis je suis allé au marché aux esclaves
Et je t'ai cherchée
Mais je ne t'ai pas trouvée
mon amour

No comments:

Post a Comment